Sunday, September 8, 2019

TENTANG KEBAIKAN


KEBAIKAN AKAN ABADI SEPANJANG MASA
(DIADAPTASI DARI SEBUAH KISAH NYATA)


Oleh: Pingkan Hamzens

Di senja hari, seorang ibu berjalan menyusuri pusat keramaian kota. Telah lama ia tak berjalan seperti ini. Menyusuri deretan pertokoan yang mulai diterangi lampu. Senja ini, ia ingin melakukannya,berjalan menyusuri pertokoan ini. Sekedar mengingat peristiwa lima tahun yang lalu. Saat itu tak sengaja ia menemukan putra tunggalnya berjalan membagikan bungkusan demi bungkusan makanan pada para pengemis di sepanjang deretan pertokoan itu, ada sekitar 7 orang pengemis. Ya tak sengaja ia melihat kejadian itu.

Di senja lima tahun lalu, di sini ia tak ingin mengganggu kegiatan anaknya. Ia memandangi kejadian itu dari jarak sekitar sepuluh langkah. Terlihat kemudian putranya bercakap-cakap dengan pengemis yang menerima bungkusan makanan dari tangan putranya. Mereka berdua seakan-akan sudah saling kenal sebelumnya.

Dibiarkannya putranya berlalu jauh kemudian ia mendatangi pengemis pertama yang tadi dilihatnya bersama anaknya. Seorang pria tua dengan penyanggah kaki, kaki sebelahnya tak ada lagi. Ia bercakap-cakap, dan menanyakan siapa anak muda tadi yang memberikannya makanan. Baru diketahuinya anaknya sering datang menjumpainya, memberikan makanan, dan bahkan menyekolahkan satu-satunya cucunya yang telah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya karena sakit. Cucunya dimasukkan asrama sekolah oleh putranya. Luar biasa ia tak pernah tahu hal ini. Putranya tak pernah menceritakannya.

Perlahan air matanya menetes, putranya selama ini hanya terlihat sebagai seseorang yang sederhana. Namun ternyata, di usia muda telah membuat kebaikan demi kebaikan tanpa sepengetahuannya. Putranya adalah seorang anak muda yang  sangat bersahaja dalam keseharian. Di rumah ia lebih sering terlihat bekerja dengan beberapa temannya untuk menghasilkan karya-karya mereka. Aktivitas lain putranya di rumah adalah di halaman. Halaman rumah menjadi bersih dan indah. Sejak tahun kedua kuliah, putranya telah mulai 'menyulap' halaman rumah mereka menjadi taman, perlahan tapi pasti taman di halaman rumahnya menjadi asri, indah, dan bersih.

Sejak setahun lalu ia tak melihat lagi deretan para pengemis di sepanjang pertokoan ini. Mereka sekarang telah bersama putranya mengelola sebuah taman. Lahan yang diberikan pada putranya lima tahun lalu, kini telah berubah menjadi taman yang indah, dan telah menjadi tujuan wisata. Namun putranya tak pernah menceritakan bahwa semua yang mengelola taman mereka, sebelumnya adalah para pengemis di deretan pertokoan ini. Pak Tua yang pernah dijumpainyalah yang menceritakan semua ini, ketika mereka berjumpa saat pembukaan taman setahun yang lalu. 

Seseorang tiba-tiba menepuk bahunya dan berkata, "Ibu...sedang apa di sini?" Ia menoleh. Putranya yang berdiri di belakangnya dengan senyum khas putranya dan dengan tatapan yang selalu menyejukkan jiwanya. Sang ibu hanya tersenyum  dan berkata, "Nak...mari kita pulang."

(Mengenang  kebaikan seseorang - 21 September 2019)


No comments:

Post a Comment