Friday, November 6, 2020

MIGRASI: EPISODE 4

 



EPISODE 4

DARI RUMAH DI PUSAT KOTA

Malam hari yang penuh bintang.
Di sebuah rumah di pusat kota.
Di ruang kerja yang nyaman dan tertata rapi.
Seorang pria sedang duduk menatap layar lebar di depannya. Ia memperhatikan berbagai informasi terkait Program MIGRASI yang diiringi latar lagu ‘MIGRATION FOR LOVE’ yang saat ini menjadi hits.

Kini di layar besar, nampak group band pemilik lagu ini, kini telah berada di sebuah negara berkembang, dan mereka memilih tinggal di pulau terpencil bersama dengan masyarakat penduduk asli. Mereka berniat mengajarkan masyarakat bermusik, dan membuat sekolah musik di sana. Sekolah musik yang lebih banyak akan mengeksplorasi pengembangan alat-alat musik tradisional. Pria itu tersenyum, ia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Ada harapan berjuta kebaikan di balik semua yang terjadi hari ini. Ia mengganti saluran, dan kini terlihat situasi di salah satu bandara negara maju. Dilaporkan suasana aman dan semua berjalalan lancar.

Kini ia beralih ke informasi lain. Pandemi akibat virus covid-19 telah mereda. Kurva infeksi akibat virus ini telah melandai. Namun bukan berati virus ini sepenuhnya hilang dari muka bumi. Vaksinasi yang dilaksanakan pada hampir separuh warga bumi telah berhasil menghasilkan kekebalan komunal. Namun virus ini terdeteksi tetap ada dalam kehidupan, dan tetap perlu diwaspadai. Penggunaan masker kini telah menjadi sesuatu yang biasa bagi sebagian besar orang. Pada sebagian orang yang mendapatkan pelajaran hidup, pandemi telah menjadikan hidup merekan makin berarti. Banyak yang telah berhasil mendapatkan sumber pernghasilan baru dengan berusaha dari rumah. Hidup mereka makin efektif dan efisien, keseharian makin produktif, makin bersih, dan dari rumah mereka mampu mempersembahkan karyanya.

Layar di depannya kini sedang menampilkan wawancara dengan seorang penyanyi yang telah berhasil membuat tren baru di dunia musik, yaitu layanan bermusik secara online.

Pandemi yang cukup lama telah membuatnya menemukan ide baru. Salah satu ruang di rumahnya kini telah ditata dengan sangat estetis, kedap suara, dan telah menjadi studio musik yang nyaman. Ada perlengkapan alat musik yang lengkap di sana. Dari studio musik di rumahnya inilah ia melayani pesanan live show menyanyi untuk berbagai acara. Mulai dari acara keluarga hingga acara-acara perusahaan, bahkan konser pribadinya telah berhasil dilakukan dari rumah.

Pendapatannya meningkat dengan bisnis bermusik online. Terobosannya dibidang layanan bermusik saat ini telah diikuti oleh teman-teman seprofesi. Layanan di dunia musik telah berubah saat pandemi, dan pasca pandemi layanan ini malah berkembang pesat. Dengan layanan bermusik online, sebagian pemusik merasa lebih berhasil menampilkan karya-karya mereka secara langsung kepada yang mengapresiasi karyanya. Pendapatan yang baik, dan satu hal baru…mereka tak perlu sering melakukan perjalanan untuk manggung.

Kini ia beralih ke laptop di depannya, melihat data Program MIGRASI. Kotanya akan menerima sepasang suami istri ilmuwan dalam program ini. Mereka akan membantunya menata kota ini. Senin depan Greg Gumilang dan istrinya beserta anak, menantu, cucu, serta beberapa stafnya akan sampai di kota ini. Beberapa kali Greg telah berkunjung dan telah membangun rumah yang sekaligus menjadi kantornya kelak. Saat ini, sudah ada staf yang menempati rumah tersebut. Staf bagian IT. Sebuah rumah yang dibangun di tepi sungai. Besok pagi ia akan ke sana, melihat persiapan menyambut kedatangan Greg, istrinya dan rombongan.

Greg adalah sahabat papa mertuanya. Papa mertuanya pernah bercerita tentang Om Greg dan keluarganya. Ayah Om Greg adalah pengusaha sukses yang hidup sederhana dalam kesehariannya. Om Greg memiliki 1 orang adik, dan keduanya sukses di bidang yang ditekuninya masing-masing.

Dari lubuk hati yang dalam, ia sangat berharap Program Migrasi berhasil mengubah kehidupan di muka bumi. Tahun ini adalah tahun kedua ia menjadi walikota di kota ini. Banyak yang ingin dilakukannya. Pasca gempa yang hebat di kotanya, banyak yang harus diubah. Tahun lalu, begitu dilantik menjadi walikota, ia mendaftarkan kotanya untuk ikut serta dalam Program MIGRASI. Ia menuliskan tujuannya mengikuti program ini, yaitu menata ulang kota ini pasca bencana hebat. Berhasil…Greg Gumilang, inisiator Program MIGRASI tertarik untuk membantunya. Pertama yang dilakukannya tahun lalu adalah menandatangani kesediaannya menerima partisipan program MIGRASI. Dalam waktu 1 bulan, ia telah mendapat jawaban berikut nama peserta partisipan yang berminat ke kotanya. Greg Gumilang, sang inisiator Program MIGRASI sebentar lagi akan menjadi warga kotanya.

Untuk mencapai persetujuan dan pengesahan program ini, ia bukannya tak menemui rintangan. Tahun lalu ia harus menghadapi beberapa hambatan saat mengemukakan idenya ini. Tapi ia terus berjuang dan berhasil mendapat persetujuan wakil rakyat, hingga akhirnya ia berhasil menandatangani MOU Kerja sama Program MIGRASI. Ya…ini semua bukan tanpa hambatan. Tidak mulus jalan menjadi bagian dari program global ini. Namun setidaknya ia telah berhasil membuka jalan menuju perubahan.

Bryan pernah di demontrasi sekelompok orang. Ini terjadi sesaat setelah MOU dengan Badan Dunia ditanda tangani. Entah apa di pikiran orang-orang yang tidak menyetujui program ini.

Bahkan demonstrasi saat itu melibatkan mahasiswa. Luar biasa, upaya untuk kebaikan saja harus dilalui seperti ini.

Tuntutannya: batalkan MOU. Bangun kota dengan kekuatan sendiri.

Bagaimana mungkin aku membatalkan MOU untuk Program MIGRASI, sementara aku melihat banyak kebaikan yang tulus di sana?.

Program MIGRASI memang mensyaratkan beberapa hal, diantaranya dapat diberhentikanmya usaha-usaha yang merusak lingkungan.

Badan dunia dan semua pimpinan negara telah menandatangani Grand MOU yang di dalamnya mengandung pasal perbaikan lingkungan hidup bagi negara-negara peserta Program MIGRASI.

(Bersambung ke Episode 5)

Salam

P.H. NoveLLa

Kontak :

ph.novellaz@gmail.com


No comments:

Post a Comment