Friday, November 6, 2020

MIGRASI: EPISODE 5

 


EPISODE 5

KEHIDUPAN BARU DIMULAI

Di atas pesawat jet pribadi, saat melintasi lautan luas antar benua, menuju kembali pulang ke tanah kelahirannya.

Pesawat jet pribadi dibelinya saat kebutuhan untuk riset dan bisnis makin mendesak, dan waktunya sangat terbatas. Selain sebagai ilmuwan Greg dah Viola sukses mengelola bisnis mereka. Mereka berhasil mengembangkan kota-kota di beberapa negara. Kota yang memiliki layanan terpadu, produktif, dengan hunian terjangkau. Bahkan kini kota-kota pertanian hasil karya ciptanya tengah menjadi hits, dan banyak yang telah mengadopsinya.

Greg melihat dari balik jendela pesawat. Mereka sedang di atas lautan lepas. Ada rasa rindu bercampur was-was menyertai perjalanan pulang kali ini.

Greg sangat merindukan momen ini. Saat di mana ia dapat kembali ke tanah kelahirannya untuk mengisi hari-harinya di usia yang tak lagi muda.

Greg sangat rindu untuk mengabdi. Rindu untuk memberi. Juga sangat rindu berjumpa dengan keluarga besarnya dan sahabat-sahabatnya. Rindu menuntaskan semua hal yang dapat dilakukannya dalam hidupnya, untuk negerinya.

Sungguh panjang perjuangannya. Ia telah menyusuri hari-hari yang berat, hingga dapat sampai pada hari ini, di atas pesawatnya menuju perjalanan pulang ke tanah kelahirannya.

Greg penuh harap, di akhir hidupnya ia dapat memberikan yang terbaik bagi tanah kelahirannya, dan hari ini adalah awal dari upaya mewujudkan segenap harapanya. Perjalanan pulangnya adalah untuk mengabdi.

Greg rindu untuk segera sampai, dan menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya. Ia rindu berjumpa kedua orang tuanya. Ayahnya yang saat ini telah berusia 94 tahun, dan ibunya 90 tahun. Namun masih sehat. Ia tersenyum membayangkan pertemuan nanti.

Namun, ia tetap was-was, karena berarti ia harus meneruskan perjuangan dan mempertaruhkan apapun yang ada. Dia tahu ini adalah bagian akhir dari perjuangan dalam hidupnya, dan ini adalah bagian yang berat. Namun hanya inilah yang dapat diberikannya.

Kebiasaan, ya ia tahu betapa sulitnya mengubah perilaku manusia yang sudah memiliki kebiasaan yang telah menetap lama dan menjadi keseharian. Sehingga hal yang baik dan kurang baik dapat bercampur menjadi satu pada seseorang. Cepat bereaksi dengan amarah yang meledak. Mudah menilai orang, mudah percaya, dan cepat mengambil kesimpulan hanya berdasarkan apa yang dibaca di media sosial, yang belum dijamin kebenaramnya.

Kini yang akan dihadapinya bukan lagi adu argumen tentang suatu teori. Greg menghadapi kenyataan bahwa perbedaan pendapat, perbedaan pilihan, dapat berujung pada kebencian, dan permusuhan yang tak berkesudahan.

Greg tak berharap banyak untuk mampu mengubah segalanya. Ia hanya ingin bekerja bersama Viola, memberikan yang terbaik dari apapun yang mereka mampu berikan.

Greg mengingat banyak hal tentang situasi yang pernah terjadi sebelumnya. Saat ketika terjadi demonstrasi anti korupsi yang berlangsung besar-besaran di tanah kelahirannya. Demonstrasi ini harusnya dapat bernilai kritik yang membangun. Terutama untuk pemberantasan korupsi. Namun demonstrasi tiba-tiba berhenti. Berganti demonstrasi lain dengan tema lingkungan hidup, demonstrasi upah minimum, disusul dengan demontsrasi berikutnya, yang tidak terkait dengan demonstrasi-demonstarsi sebelumnya. Kemudian muncul demonstrasi baru. Demonstrasi penolakan terhadap undang-undang yang baru saja disahkan. Banyak hal yang sepertinya tak tuntas.

Greg merenungi hal-hal yang baru saja terlintas di benaknya.

Greg melihat Viola tertidur sangat pulas di sampingnya. Dia membenarkan selimut istrinya. Di depannya ia melihat kedua cucunya juga tertidur pulas.

Shinta asisten Viola datang menghampirinya dan menanyakan, “Mau makan siang apa Pak?”

Greg meminta dibawakan buah potong, 2 steak ayam dan 2 juice jeruk, serta 2 air mineral. Ia memesan menu yang sama untuk mereka berdua.

Shinta telah berlalu dan mampir di kursi depan, menemui anak dan menantunya menanyakan hal yang sama.

Viola terjaga, ia menatap Greg kemudian tersenyum. Senyum yang manis dan selalu dirindukannya.

" Sudah waktu makan siang ya Pa?"
Viola memandang suaminya. Greg mengangguk dan tersenyum.

“Tadi mama sangat pulas tidur. Kelihatannya enak sekali tidurnya,” kata Greg sambil mengusap lembut rambut istrinya.

" Ia sampai mimpinya ke mana-mana, pindah cerita beberapa kali," kata Viola sambil tersenyum. Ia kemudian menggenggam tangan Grek.

“Mana anak-anak Pa?” tanya Viola sambil bangkit dari duduknya dan melihat suasana sekitarnya.

Di depan, terlihat kedua cucunya sedang di depan laptop. Sonya dan suaminya sedang santai. Entah mendengarkan musik atau sedang nonton film.

Viola kembali duduk.


(Bersambung ke Episode 6)

Salam

P.H. NoveLLa

Kontak :

ph.novellaz@gmail.com

No comments:

Post a Comment